Lucy POV
“Wah lihat ini Natsu, apa ini cocok dengan Mira
san??”, aku sedang menunjuk jepit rambut pita berwarna merah. Saat ini aku dan
Natsu sedang berada dipasar Magnolia untuk membeli kado buat Mira san.
“Mmmm…mmmm….mmm…ngga bagus ah warnanya gak cocok
sama Mira”, jawab Natsu.
“Hmmm benar juga yaa“.
“Eh Lucy coba kesini deh!”, Natsu menarik
pergelangan tanganku.
“Lihat-lihat ikannya lucu mirip kau Lucy, hahahaha”.
“Apa-apaan kau bukankah lebih mirip Happy”,
gerutuku.
“Hahahaha kau benar Lucy mirip Happy”.
“Hahaha iya kan”.
Ikan itu memang mirip sekali dengan Happy.
Karena bagian kumisnya itu. Saat-saat bersama Natsu seperti ini benar-benar
seperti sedang kencan. Apa Natsu berpikir seperti itu juga.
“Ayo Natsu jangan bermain-main kita harus segera
menemukan kado buat Mira san”.
“Kenapa? Padahal aku sedang ingin
bersenang-senang, santai sajalah Lucy”, gerutu Natsu sambil memonyongkan
bibirnya, lucuuuu sekali.
Sebenarnya aku juga masih ingin bersenang-senang
dengan Natsu tapi bukankah ini aneh kalo kami berlama-lama disini bisa-bisa
nanti ada yang salah paham.
“Akuuuu..belum pernah kepasar lucy, kata Erza
dipasar ada banyak benda & makanan yang bisa dibeli dan ternyata benar. Aku
senang sekali saat kau mengajakku kesini“, Natsu mengeluarkan lagi grins nya
yang khas dan sukses membuatku blushing.
Natsu, ternyata begitu. Aku jadi merasa bersalah
pada Natsu. Aku malah berpikiran yang aneh-aneh. Aku sendiri juga belum pernah
kepasar karena aku selalu berada didalam rumah dan para pelayan yang kepasar
karena itu memang tugas mereka kan.
“Aku juga senang sekali Natsu bisa pergi ke
pasar denganmu”, aku tersenyum penuh arti ke Natsu.
Dia tersenyum dan menarik tanganku bahkan
menautkan jari-jari kami, aku jelas terkejut tapi aku balas menautkan
jari-jariku dan kugenggam erat tangannya. Dia tersenyum kembali dan membawaku
lagi berkeliling pasar sambil bergandengan tangan. Kami seperti pasangan
kekasih saat ini. Entah apa yang dipikirkan Natsu sekarang tapi jelas sekali
aku sangat menyukai Natsu. Tangannya yang hangat menggenggam tanganku saat ini
seakan tidak ingin kulepas lagi aku benar-benar menyukai pemuda berambut pink
ini. Ingin sekali waktu berhenti sekarang.
Akhirnya aku dan Natsu membeli sepasang sepatu
berwarna merah dengan hiasan pita disisinya dan hak yang tinggi sekitar 5 cm
seharga 50.000 jewel yang sukses menghabiskan uangku sekaligus. Aku dan Natsu
berpikir Mira-san pasti menyukai hadiah ini. Malam pun datang aku dan Natsu
berjalan menuju taman Magnolia sambil membawa permen kapas berwarna sama dengan
kepala Natsu dan tentu saja Natsu yang mentraktir walaupun tak ada uang, hanya
untuk membeli permen kapas tidak mungkin kan tidak punya uang. Kami terduduk
dibawah pohon Sakura di pusat taman Magnolia ini. Natsu membuka pembicaran.
“Lucy, aku benar-benar senang hari ini karena
bisa berjalan denganmu”, kata Natsu lagi sambil mengeluarkan grins khasnya yang
sekali lagi sukses membuatku blushing kembali. Aku hanya menutup mukaku dengan
permen kapas supaya Natsu tidak melihat semburat merah dipipiku.
“Aku juga senang Natsu”, kataku sambil memakan
permen kapas, aku tidak mau menatap Natsu sekarang.
Tiba-tiba dia menggenggam tanganku, sentak aku
terkejut. “Tanganmu dingin Luce, mau pulang mungkin kau kedinginan”, tawarnya
sambil mempererat genggaman tangan kananku.
“Aku tidak apa-apa Natsu lagipula tanganmu
hangat”, senyumku padanya yang aku sadar menimbulkan semburat merah dari
mukanya, aku terkejut Natsu sekarang blushing.
Dia kemudian menatapku penuh arti, aku tidak
bisa berkata-kata aku rasa wajahku sekarang sudah seperti buah tomat matang
karena ditatap Natsu seperti ini. Dia menggerakkan tangan kanannya kewajahku.
Aku terkejut sekali dan tangannya mengelus pipi didekat bibirku.
“Kau seperti anak kecil Luce masa makan permen
kapas belepotan”, katanya sambil tertawa.
Astaga aku sudah mengira yang tidak-tidak
padahal aku tahu mana mungkin Natsu berpikiran dewasa walaupun sedang berduaan
dengan cewek cantik sepertiku (Author: Ih Pede).
“Ahh terima kasih Natsu dan berhenti
menertawakanku”, kataku sambil menggembungkan pipiku kesal.
“Haha kau manis sekali Lucee”, katanya lagi yang
benar-benar membuatku memerah. Apa-apaan dia hari ini benar-benar membuatku
salah tingkah.
“Apa sih kau ini aku mau pulang”, gerutuku.
“Iya-iya ayo kita pulang”, jawab Natsu sambil
tersenyum.
Kami berjalan berdampingan tentu saja tidak
seperti dipasar tadi bergandengan tangan tapi berjalan berdua seperti ini saja
cukup membuatku senang. Dan apa itu didepan apartemenku seperti ada yang tertidur
tanpa baju pula apa dia orang gila.
“Natsuuu, itu siapa?”, tanyaku gemetar .
“Tetaplah dibelakangku Lucy”, Natsu
menenangkanku.
“Heeeeeeeey sia-
haaaaahhh…Graaaaaay?”, teriak Natsu.
“Apa? Jadi Gray ya aku kira orang gila tadi”,
kataku sweatdrop.
“Mmmmhhh Oh hay Lucy kau sudah pulang
syukurlah”, Gray langsung berdiri dan menggenggam tanganku, aku langsung
blushing.
“A..aa..ada apa ini Gray?”, tanyaku dengan muka
blushing pastinya.
“Mmm Lucy..”, kata Gray yang saat ini terlihat
semburat merah dipipinya.
“Akuu…aku…akuuu…maukah kau menjadi
pa-pa-pasanganku diultah Mira?”, Tanya Gray terbata-bata yang wajahnya sekarang
sudah berubah menjadi tomat (Apa? muka Gray jadi tomat *ditimpuk fans Gray*)
“A- a- akuuu sebenarnya sudah menjadi pas-“
“Lucy pasanganku Ice Head!”, potong Natsu yang
sekarang merangkul bahuku.
“Apa? Kau ada disini Flame Head?”, seperti Gray
dari tadi tidak menyadari kedatangan Natsu.
“Dasar Baka! Aku dari tadi sudah disini dan maaf
saja ya Lucy adalah pasanganku!”, kata Natsu sambil mempererat rangkulannya dan
aku hanya bisa berblushing ria.
“Lucy..”, kata Gray lirih.
“Kalau begitu aku pulang dulu”, kata Gray pamit
dan dia berjalan sambil sempoyongan seperti habis mabuk saja.
Jujur saja aku jadi merasa tidak enak dengan
Gray. Entah sudah berapa lama dia menungguku didepan apartemenku sampai-sampai
tertidur seperti itu. Apa Gray tidak apa-apa ya.
“Mmm Natsu apa Gray tidak apa-apa ya?”, tanyaku
khawatir.
“Sudahlah Lucy, mana mungkin terjadi apa-apa
pada Gray”.
Maksudku bukan itu, apa dia tidak apa-apa
sehabis penolakanku tadi. Tapi sepertinya Natsu tidak paham ya sudahlah lupakan
saja dia memang sangat polos.
“Ya sudah, Natsu terima kasih sudah mengantarku
dan menemaniku hari ini”, aku tersenyum kepada Natsu.
“Iya Luce toh aku senang bisa jalan denganmu”,
balas Natsu dengan grinsnya.
“Oh ya Luce, besok kita kerja ya soalnya uang
kita berdua kan habis”.
“Hmmm benar juga baiklah Natsu”.
Entah aku sedang gila atau apa tiba-tiba
terbersit sebuah ide aneh.
“Aku pulang dulu ya Luce, Jaaa-“.
“Eh tunggu Natsu”, tanganku refleks menarik
tangannya.
“Eh kenapa Luce?”.
“Anuu..kau menginap saja dirumahku aku tahu kau
pasti capek dan sebagai tanda terima kasihku sudah mau menemaniku jalan hari
ini”, kataku dengan muka yang sudah sangat blushing pastinya.
“Mmmm tentu saja aku mau, tapi bukankah biasanya
kau tidak suka kalau aku menginap dirumahmu Lucy”, tanya Natsu heran.
“Untuk kali ini saja”.
“Baiklaaaah~~ Terima kasih Lucy Can-“, Natsu
memotong kata-katanya.
“Can? Can apa Natsu?”.
“Ah tidak apa-apa Luce hehehe”, cengirnya.
“Ya sudah ayo masuk”.
“Ayee sir~~”.